“Ayo bangun. Kita bersihkan pakaian, ke musholla, sholat taubat” berdiri, aku mengulurkan tangan kepada Andre. Tertatih, Andre menyambut lenganku. Berdiri. Tanpa berucap satu sama lain, kami berjalan menuju musholla dalam diam sendiri-sendiri. Sebelum melaksanakan sholat taubat, aku mengajaknya menunaikan sholat azhar terlebih dahulu karena sudah masuk waktunya azhar.
***
Selepas mengerjakan semua kewajiban, kami kembali merebahkan diri di atas lantai musholla. Masih saling tidak bicara, larut dalam pikiran masing masing. Entah apa yang yang kini bergentayang di kepala Andre, aku memikirkan apa yang telah kuucapakan kepada Anita tadi. Bentakan, makian. Ya Allah, entah bagaimana semua kalimat dan perkaan itu keluar dari mulutku. Bagaimana aku bisa sampai menunjuk wajahnya? Masih terbayang dimataku wajah tertegun Nita. Menangis, tidak mengira dua lelaki yang begitu dekat dengannya telah membentak dan memakinya. Kuusap wajahku yang kebas, mengucapkan kalimat istighfar, memohon ampun dari Allah, menyesali semua yang telah aku lakukan padanya.
“Apa yang sebenarnya telah terjadi?” lirih, aku memberanikan diri untuk bertanya. Atas kejadian yang menyakitkan tadi, aku berhak mendapatkan jawabannya, bukan? Andre mendesah nafas panjang. Dia mengangkat punggungnya, duduk. Beberapa kali ia mengusap rambutnya. Aku turut mengangkat badan. Dibeberapa bagian, aku merasakan sakit yang lumayan.