Mini Novel SALAH

BAB 7 YANG SULIT KUPERCAYA

              20.50

Setengah jam, Taxi online yang kami tumpangi membawa kami sampai di kedai tenda nasi uduk kesukaan kami tidak jauh dari rumah Andre. Sekacau apapun pikiran dan perasaan malam ini, perut tidak boleh kacau. Kami memesan dua porsi nasi uduk dengan ikan lele yang di goreng garing, lengkap dengan sepotong tempe goreng, lalapan dan sambal yang khas. Dengan lahap, kami menghabiskan isi piring dengan lekas.

“Ada sesuatu yang ingin aku ceritakan, Mas”” ujar Andre setelah menghabiskan makanannya. Ekspresi wajahnya itu, aku bisa menangkap ini serius. Ah, kapanlah kami sempat main-main sejak hari minggu kemarin. Aku lekas menghabiskan suapan terakhir nasi , mencuci tangan lalu mereguk es jeruk.

“Apa itu?” tanyaku dengan penasaran.

Andre meliriku dengan tatapan serius “Sebenarnya , kejadian hari minggu lalu bukanlah yang pertama kali”

Aku tersentak. “Maksudmu?”

Andre menghela nafas sejenak. “Mas ingat, beberapa bulan yang lalu, saat Anita menon-aktifkan akun instagram nya ?” tanya Andre. Aku mengangguk antusias.

“Sebenenarnya, ada kejadian di balik itu semua” lanjut Andre kemudian.

“Apa itu ?” sial. Entah kenapa aku begitu penasaran.

“Suatu pagi selepas sholat subuh, aku merasa begitu merindukan Anita, Mas. Pagi itu, entah kenapa kepikiran sekali. Aku menelfonnya, tetapi tidak diangkat, kukirimkan pesan whatsapp, tetapi tidak dibaca. Iseng, aku kemudian meninggalkan pesan di akun instagramnya. Kau tahu Mas? Pesan itu berbalas, tetapi bukan dari Anita. Melainkan dari laki-laki yang tidak aku kenal yang tidak mengaku pacar Anita” terang Andre.

“Hah? Kau yakin?” tanyaku tidak percaya.

“Awalnya aku juga tidak percaya, Mas. Aku mengira Anita sedang bercanda atau mengerjai aku pagi itu. Sampai akhirnya, laki-laki itu mengirimkan fotonya sedang merangkul Anita. Astaghfirullah, Mas. Aku langsung merasa hancur saat itu. Dadaku terasa sesak. Tidak percaya dengan apa yag barusaja aku lihat” Andre mengusap wajahnya dengan telapak tangannya. Menghela nafas panjang. Aku bisa melihat dadanya yang bergetar. Pasti ia sedang sesak.

“Laki-laki yang sama dengan yang di whatsapp kemarin? “ tanyaku

Andre menggeleng “Bukan” Jawabnya lemah. Aku mengerjitkan dahi. Tidak mengerti.

“Aku sempat mengajak lelaki itu bertemu, ini jelas sebuah masalah. Dan masalah haruslah segera diselesaikan. Tetapi Anita kemudian menghangiku. Dia mendesakku untuk tidak menemui lekaki itu jika ingin masalah ini selesai dengan baik-baik. Dia berjanji akan mengurus lelaki itu dan masalah ini” Andre menjeda, mereguk es jeruknya.

“Lalu?” Aku yang penasaran, mendesaknya melanjutkan cerita

“Aku mengikuti kemauan Anita, mempercayakan masalah itu kepadanya” sambung Andre mengenang.

“Dan kini semua terjadi kembali, dengan laki-laki yang berbeda” gumam Andre lemah. Aku menarik nafas, dengan segala logika mencoba untuk mengerti semua cerita Andre.

“Tidak mungkin” gumamku tidak kalah lemah.

“APA?!” tiba-tiba saja Andre menggebrak meja dan bangkit dari duduknya. Semua orang di kedai makan tersontak. Aku apalagi yang duduk persis di hadapannya.

“JADI, MAS LEBIH MEMPERCAYAI PELACUR ITU KETIMBANG AKU?!” Ujarnya dengan keras dan kasar. Semua orang menoleh, terganggu dengan suaranya yang lantang. Aku bergeregas berdiri, menepuk bahu lalu mencoba menenangkannya.

“Tenang Andre, tenanglah. Bukan seperti itu maksudku. Duduklah dulu, istighfar kawan” Aku memintanya dengan lembut, meskipun sebenarnya  dadaku berdegup kencang. Betapa malunya jika sampai terjadi keributan disini. Andre menuruti nasihatku, dia kembali duduk dan menenangkan diri. Aku memberikannya segelas air putih yang kemudian direguknya sembari mengatur nafas. Setelah tenang, Andre memanggil pelayan untuk membayar makanan kami. Aku lega kami segera meninggalkan tempat makan itu, meski sungguh aku pergi dari tempat itu dengan malu.

Sesampainya di rumah, Andre menghempaskan tubuhnya di tempat tidurnya. Iya beberapa kali menarik nafas panjang sambil menatap kosong langit-langit kamarnya. Aku hanya duduk di kursi kerjanya, masih memikirkan apa yang bisa aku lalukan untuk mereka.

“Beberapa bulan yang lalu, aku mendapatkan sesuatu yang yang sangat memalukan di ponsel Anita” ucap Andre tiba-tiba, masih dengan tatapan kosong ke langit-langit kamarnya.

“Sama seperti yang kemarin?” tanyaku menebak.

Andre menggeleng “Sesuatu yang berbeda” jawabnya.

“Aku menemukan puluhan gambar porno dan beberapa video mesum murahan” lanjutnya dengan nada kesal.

“Astaghfirullah” Aku mengucap tidak percaya, namun sudah tidak berani lagi menyangkal. Aku memilih untuk menyimpan saja semuanya, setidak percaya apapun juga hatiku. Ah, mungkin sebaiknya cerita ini tidak dilanjutkan dulu.

“Kau istirahatlah dulu. Mandi, lalu tidur” Aku bangkit, mengenakan jaket dan menyambar tas ku. Tidur? Aku sebenarnya tidak begitu yakin apakah Andre masih bisa tidur dengan nyenyak.

“Besok, Aku akan kemari lagi” lanjutku. Andre tak bergeming sedikitpun.

“Assalamualaikum” ucapku sembari melangkah keluar dari kamarnya.

“Waalaikumsalam” jawab Andre yang kudengar dengan pelan dan samar.

Baru sampai di depan rumah Andre, ponsel di dalam sakuku bergetar, aku melihat pesan yang masuk. Bu Sandra mengirimkan foto dompetku. “Sepertinya, kau menjatuhkan sesuatu” begitu pesannya padaku. Sontak aku merogoh-rogoh seluruh kantong pakaian dan isi tas ku. Astaghfirullah, bagaimana aku bisa tidak sadar telah menjatuhkan dompetku? Aku membodohi diriku sendiri.

“Massyaallah. Terima kasih Ibu, mohon titip dulu, besok saya akan ke rumah Bu Sandra lagi sepulang kerja” balasku.

“Baiklah, besok kita ketemu di klinik aja ya, nak” balas Bu Sandra kemudian. Aku menyepakati lalu, kembali melanjutkan perjalanan pulang. Lagi-lagi dengan taxi online.

***

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.